SNI 9214:2023 Produksi benih sumber jeruk (Citrus spp.)
Hai, SIPren! SNI 9214:2023 mengatur tentang standar Produksi benih sumber jeruk (Citrus spp.) Standar ini menetapkan persyaratan proses produksi benih sumber jeruk kelas benih dasar dan benih pokok, berupa benih tanaman hasil penyambungan. Standar ini berlaku untuk semua varietas jeruk (Citrus spp).
A. Persyaratan pelaksanaan
1. Produksi Benih Dasar (BD)
• BD diproduksi dari PIT atau DPIT yang memenuhi persyaratan yang disebutkan dalam Lampiran A.
• Seluruh proses produksi BD dilakukan di dalam rumah kasa.
• Produksi BD dilakukan oleh instansi, perusahaan, atau perorangan yang memiliki sertifikat kompetensi atau SMM dengan ruang lingkup perbenihan.
• Proses produksi dilakukan oleh tenaga yang kompeten.
2. Produksi Benih Pokok (BP)
• BP diproduksi dari PIT, DPIT, atau BD yang memenuhi persyaratan yang disebutkan dalam Lampiran A.
• Seluruh proses produksi BP dilakukan di dalam rumah kasa.
• Produksi BP dilakukan oleh instansi, perusahaan, atau perorangan yang memiliki sertifikat kompetensi atau SMM dengan ruang lingkup perbenihan.
• Proses produksi dilakukan oleh tenaga yang kompeten.
3. Rumah kasa
• Bangunan rumah kasa untuk proses produksi BD dan BP menggunakan kerangka yang kuat.
• Dinding menggunakan kasa dengan kerapatan minimum 40 mesh.
• Rumah kasa dilengkapi pintu ganda dilengkapi kunci dan akses terbatas
• Masing-masing pintu dilengkapi peralatan sterilisasi.
• Di setiap rumah kasa dipasang papan standard operational procedure (SOP) dan papan nama di depan pintu masuk yang berisi informasi identitas rumah kasa.
B. Tahap Produksi
Tahapan produksi meliputi penyediaan batang bawah, penyediaan entres, penyambungan batang atas, dan pemeliharaan benih hasil penyambungan.
1. Penyediaan batang bawah
- Penyemaian
• Batang bawah harus berasal dari varietas batang bawah yang telah dilepas atau terdaftar untuk peredaran.
• Biji untuk batang bawah diambil dari buah yang sehat dan masak fisiologis.
• Biji dipisahkan dan dibersihkan dari daging buah untuk mendapatkan biji yang utuh.
• Penanaman biji dilakukan dalam wadah penyemaian dengan media tanam steril yang gembur dan kaya bahan organik.
• Semaian diletakkan di tempat terlindung dari air hujan.
• Penanaman biji dilakukan dengan meletakkan bagian biji yang runcing di media tanam hingga tertutup media tanam.
• Penyiraman dilakukan dengan memperhatikan kelembapan media tanam.
• Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk cair sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pengendalian OPT dilakukan dengan mengikuti prinsip pengendalian hama terpadu (PHT).
• Seleksi dilakukan untuk mendapatkan semaian nuselar dan bebas penyakit.
- Pemeliharaan batang bawah
• Semaian nuselar dipindah tanam ke polybag yang berisi media tanam steril yang gembur dan kaya bahan organik.
• Polybag diletakkan di dalam rumah kasa.
• Penyiraman dilakukan dengan memperhatikan kelembapan media tanam.
• Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk cair sesuai dengan perkembangan pertumbuhan tanaman.
• Pengendalian OPT dilakukan dengan mengikuti prinsip pengendalian hama terpadu (PHT).
• Pembuangan tunas air dilakukan secara berkala.
• Batang bawah siap disambung saat diameter batang mencapai ukuran 8 mm sampai 12 mm.
C. Penyediaan entres
1. Entres diambil dari ranting yang sehat, bukan tunas air, mempunyai titik tumbuh aktif yang ditandai dengan penonjolan mata tunas,
2. Pengambilan entres dilakukan dengan menggunakan alat pangkas tajam dan steril.
3. Semua daun pada ranting entres dibuang, kemudian ranting entres disterilisasi.
D. Penyambungan batang atas
1. Penyambungan dilakukan pagi hari atau sore hari.
2. Penyambungan dilakukan dengan menggunakan alat tajam dan steril.
3. Tinggi penyambungan pada maksimum 25 cm dari leher akar, menggunakan metode okulasi atau metode sambung lainnya.
4. Bidang sambung diikat menggunakan bahan pengikat.
E. Pemeliharaan benih hasil penyambungan
1. Pemasangan sungkup plastik yang tembus cahaya dilakukan hanya pada saat musim hujan pada benih hasil penyambungan.
2. Pemeriksaan hasil penyambungan dilakukan 3 minggu setelah penyambungan. Sambungan yang berhasil ditunjukkan dengan batang atas yang berwarna hijau kemudian dilakukan pemotongan batang bawah 1 cm di atas bidang sambung.
3. Penyiraman dilakukan dengan memperhatikan kelembapan media tanam.
4. Pembuangan tunas yang berasal dari batang bawah dan tunas air dilakukan secara berkala.
5. Pemupukan dilakukan secara berkala dengan menggunakan pupuk yang minimum mengandung NPK sesuai frekuensi dan dosis anjuran sesuai dengan pertumbuhan tanaman.
6. Pengendalian OPT dilakukan dengan mengikuti prinsip pengendalian hama terpadu (PHT).